Mengenal Divisi Bryophyta (Lumut)

Bryophyta (lumut) digolongan ke dalam tumbuhan tak berpembuluh (Atracheophyta) karena  tidak memiliki pembuluh sehingga tidak memiliki jaringan yang berfungsi mengangkut zat makanan, air, dan mineral. Pengangkutan tidak dilakukan oleh pembuluh, hanya melalui antarsel.   Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor (perintis) yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil, tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas.

1. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut

Ciri-ciri tumbuhan lumut sebagai berikut.
a. Berwarna hijau karena mempunyai klorofil.
b. Gametofit lebih dominan daripada sporofit.
c. Hidup di tempat basah atau lembap dan terlindung dari cahaya matahari.
d. Pada permukaan luar tubuh terdapat lapisan berlilin untuk menahan masuknya air.
e. Peralihan dari Thallophyta (tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun) ke Cormophyta (dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun).

Tumbuhan lumut merupakan generasi gametofit, yaitu generasi yang menghasilkan sel kelamin (gamet). Gamet jantan (spermatozoid) dihasilkan oleh anteridium dan gamet betina (ovum) dihasilkan oleh arkegonium. Anteridium didukung oleh anteridiofor dan arkegonium didukung oleh arkegoniofor. Sporofit merupakan badan pembentuk spora yang berkembang dari zigot (peleburan ovum dan spermatozoid).

2. Struktur Tubuh Lumut

Struktur tubuh tumbuhan lumut sebagai berikut.


a. Akar
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.

b. Batang
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut. Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.

c. Daun
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan mengandung kloroplas.

Bagaimana sistem transportasi tumbuhan lumut? Air masuk ke dalam tubuh Bryophyta secara imbibisi. Imbibisi adalah proses penyerapan air oleh dinding sel dan plasma sel dari luar sel. Selanjutnya, air tersebut didistribusikan ke bagian-bagian tubuh secara difusi.


3. Klasifikasi Tumbuhan Lumut

Berdasarkan bentuk gametofit dan sporofitnya, Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas yaitu Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida.
a. Hepaticopsida (Lumut Hati)
Hepaticopsida (lumut hati) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Generasi gametofit berupa talus dan berbentuk lembaran-lembaran seperti hati.
2) Talus berwarna hijau dengan percabangan menggarpu. Pada sisi bawah terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik ventral. Talus melekat  pada substrat dengan bantuan rizoid.
3) Sporofit selalu tumbuh dan berkembang di dalam gametofit betina. Contoh Hepaticopsida yaitu Marchantia polymorpha dan Lunularia sp.

marchantia polymorpha 1Marchantia polymorpha 2Marchantia polymorpha 3

image

Gambar: Marchantia polymorpha

 

b. Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)

Anthocerotopsida (lumut tanduk) memiliki ciriciri sebagai berikut.
1) Generasi gametofit berupa talus dengan tepi rata atau bertoreh.
2) Sporofit tertancap di dalam gametofit, tetapi kapsul sporofit berada di luar talus berbentuk seperti tanduk (horn).
3) Pangkal kapsul sporofit dilindungi oleh involukrum. Contoh Anthocerotopsida yaitu Notothylas sp. dan Anthoceros sp.

 

Anthocerosimage

Gambar: Anthoceros  sp.

 

c. Bryopsida (Lumut Daun)
Bryopsida (lumut daun) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Generasi gametofit berupa talus yang bentuknya seperti tumbuhan kecil.
2) Talusnya mempunyai batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Daun berfungsi untuk fotosintesis. Pada bagian dasar batang semu terdapat rizoid yang berbentuk seperti benangbenang halus dan berfungsi sebagai akar. Pada bagian pucuk terdapat alat perkembangbiakan generatif berupa anteridium dan arkegonium.
3) Sporofit tumbuh pada gametofitnya atau pada tumbuhan lumut itu sendiri, serta bersifat sebagai parasit terhadap gametofit. Contoh Bryopsida yaitu Sphagnum sp., Fissident sp., dan Polytrichum sp. Polytrichum sp. merupakan tumbuhan lumut berumah satu. Sporofit Polytrichum tumbuh menjulur dari gametofit.

 

image

Contoh Bryopsida:

1). Polytrichum sp.

polytrichum-male18.4.2305polytrichum-tip-web

2). Sphagnum sp.

sphagnum

 

4. Reproduksi Bryophyta

Pada reproduksi tumbuhan lumut terjadi metagenesis yaitu pergiliran keturunan secara teratur antara generasi sporofit (2n) dan generasi gametofit (n). Generasi sporofit menghasilkan spora,sedangkan generasi gametofit menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Gametofit merupakan generasi yang  dominan dalam siklus hidup tumbuhan lumut.

 

Reproduksi generatif dilakukan melalui perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina.
Reproduksi vegetatif dilakukan dengan dua cara berikut.
a. Membentuk spora haploid (n) yang bersifat homospora.
b. Membentuk pundi kuncup (gemma cup).

image

Keteragan: a). Anteridium  b). Arkegonium   c). Gemma cup

Metagenesis pada tumbuhan lumut digambarkan pada skema berikut:

bagan metagenesis lumut

Pada siklus hidup lumut, fase generatif _yaitu tumbuhan lumut penghasil gamet, lebih mendominasi. Ciri-ciri fase yang mendominasi pada metagenesis tumbuhan yaitu wujud yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada lumut, wujud yang sering kita jumpai adalah semacam tumbuhan kecil berdaun hijau. Fase itulah yang lebih dominan. Perhaikan pula bagan berikut ini.

siklus pergiliran keturunan lumut


5. Peranan Lumut dalam kehidupan

Dalam kehidupan, tumbuhan lumut memiliki peranan atau manfaat sebagai berikut.
a. Sebagai vegetasi perintis, yaitu dapat melapukkan batu-batuan sehingga secara bertahap akan membentuk tanah baru yang berfungsi sebagai tempat tumbuh tanaman lainnya.
b. Tumbuhan lumut yang hidup di hutan atau di atas permukaan tanah dapat mencegah erosi dan mampu menyerap air sehingga dapat menyediakan air pada musim kemarau.
c. Tumbuhan lumut yang sudah mati juga dapat dimanfaatkan sebagai penambat zat organik dalam tanah sehingga tanah menjadi subur.
d. Marchantia polymorpha untuk mengobati gangguan fungsi hati.
e. Sphagnum sp. sebagai pengganti kapas dan sebagai bahan bakar.
f. Sphagnum sp. di daerah rawa akan membentuk tanah gambut. Jenis tanah ini bermanfaat untuk menggemburkan media tanam dalam pot.

Klasifikasi Dunia Tumbuhan

Tumbuhan digolongkan ke dalam kingdom tersendiri, yaitu kingdom Plantae. Tumbuhan memiliki karakteristik spesifik,  yaitu tersusun dari sel eukariotik, multiseluler, mempunyai dinding sel dari selulosa, mempunyai klorofil, menyimpan makanan cadangan dalam bentuk amilum, dan bersifat autotrof. Plantae brsifat autotrof karena mampu melkukan fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses pengubahan karbon dioksida dan air melalui bantuan matahari untuk membentuk senyawa karbohidrat yang dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi ini.

Dunia Tumbuhan (Plantae)merupakan organisme multiseluler atau terdiri atas banyak sel. Selain itu, kingdom Plantae merupakan organisme eukariot. karena memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa. Anggota kingdom Plantae memiliki klorofil, yaitu zat hijau daun yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Adakah kingdom lain yang memiliki klorofil?

Secara garis besar, tumbuhan memiliki ciri-ciri berikut:

1. Tersusun dari sel eukariotik

2. Merupakan organisme multiseluler

3. Mempunyai dinding sel yang tersusun dari selulosa

4. Mempunyai klorofil, yaitu klorofil a dan b sehingga mampu berfotosintesis

5. Menyimpan makanan cadangan dalam bentuk zat tepung (amilum)

6. Bersifat autotrof karena dapat menyintesis makanan sendiri.

Tumbuhan dapat dibagi menjadi tumbuhan tidak berpembuluh (nontracheophyta) dan tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh hidup di antara habitat air dan darat. Adapun tumbuhan berpembuluh memiliki struktur yang telah teradaptasi sempurna dengan habitat darat.

Secara umum dunia tumbuhan digolongkan menjadi tiga divisi yaitu Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta. Bryophyta termasuk Atracheophyta karena tidak mempunyai berkas pembuluh. Sementara itu, Pteridophyta dan Spermatophyta termasuk Tracheophyta karena mempunyai berkas pembuluh. Agar lebih jelas, perhtikan bagan berikut ini:

 

Klasifikasi tumbuhan

Sumber:

  • Campbell, N.A. 1997. Biology. Fourth Edition. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.
  • Raven & Johnson. 1987. Biology. Fourth Edition. New York: WBC/McGraw-Hill Companies, Inc.
  • Solomon, Eldra. P., Linda R. Berg, Diana W. Martin. 1999. Biology. Jilid 1. Fifth Edition. Orlando: Saunders
    College Publishing.

Cara Mengenali Filum Platyhelminthes

Dalam kehidupan kita sehari-hari kadang sulit untuk membedakan jenis-jenis cacing yang hidup di sekitar kita. Apalagi untuk masyarakat perkotaan yang jarang berinteraksi dengan alam dan lingkungan. Membedakan spesies cacing saja sulit apalagi mengenali filum nya. Bagi mereka yang tidak berkecimpung dalam dunia Biologi, mungkin hal itu wajar. Namun jika para pecinta Biologi dan alam tentunya perlu tahu cara mengenali filum Platyhelminthes atau cacing pipih ini. Apa manfaat mengenali Filum cacing pipih ini? Tentu saja untuk mengetahui potensi dan manfaatnya bagi kesejahteraan manusia. Baiklah, berikut ini fakta ilmiah tentang filum Platyhelminthes supaya mudah bagi kita mengenalinya.

Platyhelminthes (cacing pipih) merupakan hewan yang mempunyai bentuk simetri bilateral dan tidak mempunyai rongga tubuh (selom). Tubuhnya tersusun dari tiga lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Ektoderm akan membentuk epidermis dan kutikula. Mesoderm akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan jaringan ikat. Sementara itu, endoderm akan membentuk gastrovaskular yang merupakan saluran pencernaan makanan.

Planaria

Gambar: Contoh cacing pipih adalah Planaria sp.

Kelompok Platyhelminthes  sudah mempunyai saluran pencernaan, tetapi tidak mempunyai anus. Kelompok hewan ini hidup secara parasit, tetapi ada juga yang hidup bebas di perairan. Platyhelminthes dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).

1) Kelas Turbellaria

Turbellaria memiliki bentuk tubuh seperti tongkat. Tubuh Turbellaria bersilia, memiliki dua mata, dan tanpa alat isap. Kelompok cacing ini hidup di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini menempel pada bebatuan atau daun yang tergenang air. Contoh anggota Turbellaria yaitu Planaria sp. dan Bipalium.
Struktur Tubuh Planaria

Planaria mempunyai ukuran tubuh � 0,5�1 cm. Hewan ini bersifat karnivora, hidupnya tidak parasit, dan bergerak menggunakan silia. Cacing ini memiliki daya regenerasi tinggi.  Planaria memakan Protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung. Umumnya planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua jenis alat kelamin (hermafrodit).

Planaria tidak melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan planaria lainnya. Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria dapat membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Setiap planaria tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya terjadi fertilisasi secara silang antarspesies Planaria . Sementara itu, Bipalium mempunyai panjang tubuh mencapai 60 cm dan hanya keluar pada malam hari.

2) Kelas Trematoda

Trematoda hidup parasit pada manusia dan hewan. Oleh karena itu, Trematoda mampu mengisap makanan dari inangnya. Cacing ini biasa hidup di dalam hati, paru-paru, dan usus. Permukaan tubuh Trematoda tidak bersilia. Tubuhnya ditutupi oleh kutikula. Di sekitar mulutnya terdapat satu atau lebih alat isap (sucker). Sucker ini dilengkapi dengan gigi kitin. Trematoda menyerap makanan yang sudah dicerna dari usus inang

Contoh Trematoda yaitu Fasciola hepatica (cacing hati). Hewan ini hidup parasit pada hati domba. Cacing hati umumnya terdapat di dalam kantong empedu ternak. Cacing hati bersifat hermafrodit, akan tetapi reproduksinya tetap harus melakukan fertilisasi silang.

Siklus hidupnya dapat diamati melalui gambar berikut.

Daur hidup Fasciola hepatica

Gambar: Siklus hidup cacing Fasciola hepatica  (cacing hati)

Notes: Telur �> Mirasidium �> Sporokista �> Redia �> Serkaria �> Meta serkaria

Siklus hidup dimulai dengan bertelurnya cacing hati dewasa di dalam saluran empedu dan kantong empedu. Telur-telur tersebut kemudian masuk ke dalam usus, lalu keluar ke alam bebas bersama feses hewan ternak. Pada tempat yang sesuai, telur yang fertil akan menetas menjadi larva bersilia (mirasidium). Mirasidium akan mati jika tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis). Selama dua minggu larva ini berada di tubuh Lymnea. Selanjutnya, larva berubah bentuk menjadi sporokista. Sporokista tidak bersilia. Sporokista kemudian menjadi larva kedua yang disebut redia. Proses ini berlangsung secara partenogenesis. Redia ini dapat masuk ke dalam jaringan tubuh siput dan tumbuh berkembang menjadi larva ketiga yang disebut serkaria.

Serkaria berekor dan mampu berenang bebas. Serkaria menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air. Setelah itu, serkaria dapat menempel pada rumput dan melepaskan ekornya kemudian menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri membentuk kista yang dapat bertahan lama. Apabila rumput termakan oleh hewan ternak, kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati dan menuju saluran empedu. Kista ini akan tumbuh dewasa dalam waktu beberapa bulan. Setelah itu, cacing dewasa akan bertelur dan siklus ini terulang kembali.

Anggota kelas Trematoda lainnya adalah Schistosoma sp., Chlonorchis sinensis, Fasciliopsis buski, dan Paragonimus westermanii. Semuanya merupakan parasit dan memiliki inang tetap maupun sementara.

Facoliopsis buskiiClonorchis Sinensis 1

Source gambar:

  • Schistosoma japonicum �> Anggota Trematoda yang menyerang (pathmicro.med.sc.edu.)
  • Paragonimus westermanii �> Anggota Trematoda yang mengakibatkan infeksi pada paru-paru dan saluran pernapasan. (http://www.phsource.us)
  • Fasciolopsis buskii �> Anggota Trematoda yang mengakibatkan penyakit penurunan fungsi hati.
  • Chlonorchis sinensis �> Anggota Trematoda yang mengakibatkan penyakit klonorkiasis.

 

3) Kelas Cestoda (Cacing Pita)

Kelompok cacing ini memiliki tubuh berbentuk pipih panjang yang menyerupai pita. Cacing ini merupakan endoparasit dalam saluran pencernaan Vertebrata dan bersifat hermafrodit. Tubuh cacing ini terdiri atas segmen-segmen dan dilapisi kutikula. Setiap segmennya disebut proglotid. Cacing ini mempunyai kepala yang disebut skoleks. Pada skoleks terdapat kait-kait (rostelum). Alat kait ini tersusun dari bahan kitin. Pada skoleks juga terdapat empat buah pengisap untuk melekat pada dinding usus.

Siklus hidup cacing pita

siklus hidup cacing pita

Gambar: Siklus hidup cacing pita

Di dalam tubuh manusia, cacing berkembang biak secara seksual dengan membentuk telur. Proglotid akhir yang mengandung telur masak akan lepas dari rangkaian proglotid serta keluar dari usus inang bersamaan dengan feses. Apabila proglotid akhir ini termakan oleh sapi maka telurnya akan menetas dan keluarlah larva yang disebut heksakan (onkosfer).

Larva heksakan akan menembus dinding usus sapi menuju jaringan otot dan jaringan lainnya. Heksakan berkembang menjadi sisteserkus di dalam jaringan ini. Apabila manusia memakan daging sapi yang mengandung sisteserkus, maka sisteserkus akan berkembang menjadi cacing pita dewasa di dalam usus. Selanjutnya, daur hidup cacing ini terulang kembali.

Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Larva Taenia solium hidup di tubuh babi, sedangkan larva Taenia saginata hidup di tubuh sapi.

Ciri-ciri Filum Coelenterata

Coelenterata merupakan hewan berongga dengan bentuk tubuh simetri radial. Hewan ini ada yang hidup berkoloni di laut, misal ubur-ubur dan anemon. Namun, ada pula yang hidup soliter di air tawar, contoh anggota dari kelas Hydrozoa. Kelompok hewan Coelenterata termasuk hewan diploblastik. Dinding tubuh hewan ini tersusun dari lapisan ektoderm dan endoderm (gastrodermis). Antara lapisan tersebut terdapat mesoglea atau mesolamela. Pada lapisan ini terdapat anyaman sel-sel saraf yang tersebar.

Gambar: Hydra sp.

Pada bagian ektoderm, terutama bagian tentakel terdapat sel jelatang yang disebut knidoblas. Di dalam knidoblas terdapat nematokis. Nematokis sebagai alat penyengat yang bisa menimbulkan rasa gatal pada tubuh mangsanya. Apabila bertemu dengan mangsanya, nematokis dilepaskan dan mengeluarkan zat racun hipnotoksin.

Gastrodermis berfungsi sebagai rongga gastrovaskular (enteron, usus). Rongga ini untuk mencerna dan mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh. Rongga gastrovaskular hanya memiliki satu lubang. Lubang ini sebagai mulut sekaligus sebagai anus. Di sekitar mulut terdapat tentakel. Tentakel ini untuk menangkap dan memasukkan mangsa ke dalam mulut. Tentakel juga sebagai alat gerak dan pertahanan tubuh terhadap lawannya. Berikut gambar struktur tubuh Coelenterata secara umum.

Rangka tubuh Coelenterata mengandung zat kapur atau zat kitin. Makanan Coelenterata berupa mikroorganisme seperti zooplankton, udang-udang kecil, ataupun larva Insekta.

Filum Coelenterata dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.

1) Kelas Hydrozoa

Anggota kelas Hydrozoa ada yang hidup berkoloni dan ada pula yang soliter. Anggota Hydrozoa yang berkoloni mempunyai bentuk tubuh polip dan medusa, contoh Obelia. Sementara itu, anggota yang soliter hanya mempunyai bentuk tubuh polip, contoh Hydra. Pada kelas Hydrozoa, fase polip lebih dominan dibandingkan fase medusa.

a) Hydra

fase polip dan medusa

Gambar: (a). Fase polip   (b). Fase medusa

Struktur tubuh Hydra

Gambar: Struktur tubuh Hydra

Hydra hidup di air tawar. Hewan ini hidup soliter dan berbentuk polip. Hydra menempelkan pangkal tubuhnya yang berbentuk cakram pada tumbuhan air atau batu. Hydra dapat menghasilkan tunas melalui penonjolan keluar bagian tubuhnya. Pada ujung tunas terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Tentakel untuk menangkap makanan. Selanjutnya, makanan dicerna di rongga gastrovaskular. Ketika tunas lepas dari tubuh induk, tunas akan tumbuh menjadi individu baru. Video mengenai pertunasan Hydra sebagai berikut.

Reprduksi aseksual Hydra dengan cara bertunas

 

b) Obelia

Obelia hidup di laut secara berkoloni. Pada siklus hidupnya, tubuh Obeliaberbentuk polip dan medusa. Pada fase polip, Obeliahidup berkoloni dan terikat pada suatu tempat. Pada fase ini merupakan bentuk vegetatif. Pada Obeliaterdapat dua jenis polip. Polip hidrant yaitu polip yang bertugas mengambil dan mencerna makanan. Polip gonangium yaitu polip yang bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual dan menghasilkan Obelia dalam bentuk medusa. Sementara itu, pada fase medusa, Obelia hidup bebas dan soliter. Pada fase ini merupakan bentuk generatif yang menghasilkan gamet.

daur hidup obelia

Gambar: Daur hidup Obelia (Telur (n)�>Zigot (2n) �> Blastula �> Planula �> Polip muda �> Polip Dewasa �> Medusa )

 

2) Kelas Scyphozoa

Bentuk tubuh Scyphozoa seperti mangkuk, transparan, dan melayang-layang di laut. Hewan ini memiliki lapisan mesoglea yang tebal sebagai sumber nutrisi. Pada siklus hidupnya, bentuk tubuh medusa merupakan fase dominan. Contoh ubur-ubur (Aurelia aurita). Coba simak daur hidup Aurelia aurita berikut.

 

Daur hidup Aurelia aurita

Gambar: Daur hidup Aurelia aurita (ubur-ubur)

Daur hidup ubur-ubur yaitu Telur �> Planula �> Skifistoma �>Strobila �> Efira �> Medusa

Seperti Obelia, Aureliajuga mengalami pergiliran keturunan. Aurelia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma terjadi secara internal di dalam tubuh individu betina.

Hasil pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia yang disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda yang disebut skifistoma. Skifistoma kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga Aurelia tampak seperti tumpukan piring yang disebut strobila. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan berkembang menjadi medusa muda yang disebut efira. Selanjutnya, efira berkembang menjadi medusa dewasa. Agar semakin jelas, perhatian video daur hidup Aurelia aurita berikut.

 

Ubur-ubur banyak dimanfaatkan untuk membuat tepung ubur-ubur. Tepung ini kemudian diolah menjadi bahan kosmetik. Selain untuk kosmetik, di Jepang tepung ubur-ubur juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan.


3) Kelas Anthozoa

Bentuk tubuh Anthozoa menyerupai bunga. Anggota kelas ini hidup di laut sebagai polip soliter maupun koloni. Hewan kelompok ini tidak memiliki bentuk medusa. Tubuh Anthozoa tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3), misal Acrodora dan Diploria. Kerangka hewan Anthozoa yang telah mati akan membentuk pulau karang (reef). Rongga gastrovaskular Anthozoa mempunyai sekat yang mengandung nematokis. Demikian juga tentakelnya juga mengandung nematokis. Contoh Anthozoa adalah anemon laut.

anemon-clownfish-anton-w-lowres

Gambar. Anemon laut

Ciri-ciri Porifera

Porifera sulit dikenali sebagai hewan. Filum Porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, mereka tidak memiliki kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi Porifera sebagai tanaman laut. Sesuai dengan asal kata, Porifera berasal dari kata porus yang berarti lubang kecil dan faro yang berarti mengandung atau membawa. Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil.

Pori031p sumber biodidac.bio.uottawa.ca        porifera-2     porifera3

Porifera merupakan kelompok hewan yang menetap (sessil) di dasar perairan. Tubuh hewan ini mempunyai pori atau lubang-lubang kecil yang disebut ostium. Ostium berfungsi seperti mulut. Ostium tersusun dari saluran-saluran kecil yang bermuara pada rongga tubuh yang disebut spongosol (paragaster/ atrium). Spongosol bermuara pada puncak tubuh yang berupa saluran pelepasan yang disebut oskulum.

Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di dalam  rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut spongin.

Porifera termasuk hewan diploblastik. Oleh karena itu, hewan ini tersusun dari dua lapis sel. Lapisan luar tersusun oleh sel-sel epitel sederhana yang disebut
pinakosit. Sementara itu, di lapisan dalam tersusun oleh sel-sel berleher yang dinamakan koanosit. Koanosit mempunyai flagela, vakuola, dan nukleus.

Gambaran tentang Porifera dapat Anda simak melalui video berikut.

 

Struktur tubuh Porifera dapat diamati melali gambar di bawah ini.

image 

Berikut gambar  aliran udara Porifera terjadi dari luar tubuh dan keluar melewati oskulum.

image

 

Pada bagian antara pinakosit dan koanosit terdapat mesoglea. Mesoglea tersusun dari zat gelatin. Pada Mesoglea terdapat bagian-bagian seperti berikut.

1) Sel-sel amoebosit untuk mengangkut sisa metabolisme dari satu sel ke sel lainnya dan mengangkut zat makanan. Mekanismenya yaitu jika sel koanosit mendapat makanan, sel amoebosit akan mendekat ke koanosit. Lalu amoebosit akan menyerap zat makanan dan diedarkan ke seluruh tubuh.

2) Porosit untuk membuka dan menutup pori.

3) Skleroblas untuk membentuk spikula. Spikula merupakan duri-duri yang tersusun dari zat kapur, kersik, atau protein (spongin). Spikula ini menyusun kerangka tubuh.

4) Arkeosit untuk membentuk sel reproduktif, misal dalam pembentukan tunas, pembentukan gamet, dan berperan dalam regenerasi sel.

Porifera memiliki saluran air yang unik. Air masuk melalui dinding tubuh yang berpori. Air tersebut kemudian disaring oleh sel-sel koanosit. Pada bagian dalam sel-sel ini terdapat flagela yang berperan menangkap makanan yang terangkut dalam air. Setelah itu, makanan dicerna di dalam koanosit. Setelah dicerna, zat makanan diedarkan oleh sel-sel amoebosit ke sel-sel lain. Zat sisanya dikeluarkan bersama sirkulasi air oleh spongosol melalui oskulum.

Sistem saluran air pada Porifera ada tiga tipe, yaitu asconoid, syconoid, dan leuconoid /rhagon.
1) Tipe Asconoid
Tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana. Lubang-lubang ostium pada tipe ini langsung dihubungkan dengan saluran lurus yang menuju spongosol. Contoh Leucosolenia sp.

Leucosolenia 2Leucosolenia

Gambar. Leucosolenia sp.

2) Tipe Syconoid
Pada tipe ini lubang-lubang ostium dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga-rongga yang berhubungan langsung dengan spongosol. Rongga-rongga ini dilapisi oleh koanosit. Contoh Scypha sp.

scypha 1scypha 2

3) Tipe Leuconoid atau Rhagon
Pada tipe ini lubang-lubang ostiumnya dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga yang sudah tidak berhubungan dengan spongosol. Contoh Spongia sp.

spongia 1spongia 2

Reproduksi Porifera

Porifera dapat bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Secara aseksual, Porifera bereproduksi dengan cara bertunas. Cara reproduksi aseksual lainnya adalah dengan memproduksi amoebosit yang dikelilingi oleh suatu "dinding". Struktur ini dinamakan gemule. Gemule dapat bertahan di cuaca yang sangat dingin atau di musim dingin. Pada saat musim semi, dinding gemule terurai dan amoebosit berdiferensiasi menjadi individu baru.

Reproduksi seksual pada Porifera sangat indah, karena menyerupai pesta kembang api jika disamakan dengan peristiwa di daratan. Berikut video singkat tentang perkembangbiakan seksual Porifera.

Pada umumnya, Porifera adalah hermafrodit (memiliki dua alat kelamin dalam tubuhnya). Porifera memproduksi baik sel telur maupun sperma. Sel telur dan sel sperma diproduksi oleh amoebosit atau sel-sel kolar melalui meiosis. Pembuahan pada Porifera terjadi di luar tubuh atau disebut pembuahan luar. Hasil pembuahan menghasilkan zigot yang akan membelah dan membentuk larva berflagel. Larva tersebut berada di permukaan air dan akan tumbuh menjadi bentuk dewasa yang sesil (menempel).

Klasifikasi Porifera Berdasarkan Ciri-cirinya

Porifera memiliki saluran air yang unik. Air masuk melalui dinding tubuh yang berpori. Air tersebut kemudian disaring oleh sel-sel koanosit. Pada bagian dalam sel-sel ini terdapat flagela yang berperan menangkap makanan yang terangkut dalam air. Setelah itu, makanan dicerna di dalam koanosit. Setelah
dicerna, zat makanan diedarkan oleh sel-sel amoebosit ke sel-sel lain. Zat sisanya dikeluarkan bersama sirkulasi air oleh spongosol melalui oskulum.

Sistem saluran air pada Porifera ada tiga tipe, yaitu asconoid, syconoid, dan leuconoid /rhagon.
1) Tipe Asconoid
Tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana. Lubang-lubang ostium pada tipe ini langsung dihubungkan dengan saluran lurus yang menuju spongosol. Contoh Leucosolenia sp.

2) Tipe Syconoid
Pada tipe ini lubang-lubang ostium dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga-rongga yang berhubungan langsung dengan spongosol. Rongga-rongga ini dilapisi oleh koanosit. Contoh Scypha sp.

3) Tipe Leuconoid atau Rhagon
Pada tipe ini lubang-lubang ostiumnya dihubungkan dengan saluran yang bercabang-cabang ke rongga yang sudah tidak berhubungan dengan spongosol. Contoh Spongia sp.

image

Gambar : Tiga tipe saluran air pada Porifera

Pada tubuh Porifera terdapat spikula-spikula yang mengandung zat kapur (kalsium), zat kersik (silikat), atau benang-benang spongin. Bentuk spikula ini pun bermacam-macam sebagai berikut.

image

 

Sementara itu, klasifikasi Porifera berdasarkan bentuk dan kandungan spikula dibedakan menjadi tiga kelas berikut.

1) Kelas Calcarea
Rangka tubuh Calcarea bersifat kalkareus. Hal ini karena spikulanya mengandung kalsium karbonat (kapur). Sebagian spikulanya berbentuk monaxon dan triaxon sehingga tampak seperti duri-duri kecil. Anggota kelas ini banyak tersebar di laut dangkal di seluruh dunia. Contoh Scypha sp., Cerantia sp., Sycon sp., Leucon sp., dan Clathrina sp.

Gambar: spesies Clathrina sp.

2) Kelas Hexactinellida

Spikula pada kelas ini mengandung banyak benang silikat atau kersik (SiO2). Sementara itu, spikulanya berbentuk triaxon dengan enam cabang. Bentuk hewan-hewan pada kelas ini menyerupai gelas, silinder, atau corong. Contoh Euplectella aspergilium, Pheronema, dan Hyalonema sp.

Gambar: Euplectella aspergilium

3) Kelas Demospongia
Hewan anggota kelas ini bertulang lunak karena tidak mempunyai rangka. Apabila ada yang memiliki rangka, rangkanya tersusun dari serabut-serabut spongin dengan spikula dari zat silikat. Bentuk spikulanya ada yang monaxon atau tetraxon. Contoh Euspongia sp., Callyspongia sp., Clionia sp., Phyllospongia sp., dan Spongia sp.

Gambar: Callyspongia sp.


Beberapa jenis Porifera bermanfaat bagi manusia. Sisa sponsnya dapat digunakan sebagai alat penggosok badan dan pembersih kaca, misal Spongiasp. Jenis lainnya berperan penting menyusun biodiversitas di dasar samudra. Selain itu, anggota Porifera juga mampu bersimbiosis dengan bakteri yang menghasilkan �bioaktif�. Bioaktif ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.